Ketika Masjid Demak akan diresmikan, Sunan Kalijaga mengusulkan agar dibuka dengan pertunjukan Wayang Beber, yaitu gambar manusia yang dibeber pada sebuah kulit binatang. Namun usulan itu, tidak disetujui Sunan Giri, beliau mengusulkan agar Masjid Demak diresmikan pada saat hari jum’at sembari melaksanakan Shalat Jum’at berjamaah.
Setelah diadakan kompromi, peresmian akhirnya diawali dengan Shalat Jum’at, kemudian diteruskan dengan pertunjukan Wayang. Dimana Wayang yang ditampilkan, sudah terlebih dahulu dirubah bentuknya, sehingga lebih mirip karikatur daripada berbentuk manusia.
Sunan Kalijaga memberi tanda khusus pada momentum penting itu. Sunan Kalijaga, memberi nama pemimpin para dewa pewayangan sebagai Sang Hyang Girinata, yang sebenarnya bermakna “Sunan Giri yang menata”.
Riwayat dan Keturunan Sunan Giri
Sunan Giri merupakan nama salah seorang Wali Songo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Beliau dilahirkan di Blambangan (Sekarang Banyuwangi) pada tahun 1442 Masehi, yang bertepatan dengan tahun 1365 Saka.
Beliau adalah anak dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Raja Menak Sembuyu (Penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit).
1. Sunan Giri
1.1. Sunan Dalem Wetan / Zainal Abidin
1.1.1. Sunan Sedo Ing Margi / Pangeran Wiro Kesumo Cirebon
1.1.1.1. Pangeran Adipati Sumedang
1.1.1.1.1. Tumenggung Manco Negoro # Nyai Gede Pembayun
1.1.1.1.1.1. Pangeran Sedo Ing Pasarean
1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Mangkurat Sedo Ing Rejek
1.1.1.1.1.1.2. Sultan Abdurrahman (Kesultanan Palembang)
1.1.1.2. Sunan Prapen (Maulana Muhammad)
1.1.1.2.1. (?)
1.1.1.2.1.1. (?)
1.1.1.2.1.1.1. Ki Ageng Gribig (Maulana Sulaiman)
1.1.1.2.1.1.1.1. Demang Jurang Juru Sapisan
1.1.1.2.1.1.1.1.1. Demang Jurang Juru Kapindo
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1. Kyai Ilyas
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Murtadha
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Muhammad Sulaiman
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Abu Bakar
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah)
1.1.1.2.2. Sunan Kawis Guwo
1.1.1.2.2.1. Panembahan Giri
1.1.1.2.2.1.1. Nyai Anom Besari # Kyai Anom Besari
1.1.1.2.2.1.1.1. Ki Ageng Muhammad Besari
1.1.1.2.2.1.1.1.1. Nyai Ageng Basyariyah # Ki Ageng Basyariah / Raden Mas Bagus Harun
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1. Nyai Muhammad Santri # Kyai Muhammad Santri
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1. Kyai Mas Buntoro
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Ilyas
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Nyai Nafiqoh # Kyai Yakub
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Nyai Hasyim Asy’ari # KH. Hasyim Asy’ari
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. KH. Wahid Hasyim
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur)
1.1.1.2.2.1.1.1.2. Kyai Muhammad Ilyas
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1. Kanjeng Kyai Kasan Besori (Raden Hasan Bashori)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.1. RMA. Tjokronegoro
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.1.1. RM. Tjokroaminoto (Cokroaminoto)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.1.1.1. Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2. Kyai Hasan Anom
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1. Kyai Khalifah
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1. Nyai Sulaiman # R.M. Sulaiman Djamaluddin (Cirebon)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1. Kyai Archam Anom Besari
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1. Kyai R. Santosa Anom Besari
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1.1. KH. Zainuddin Fananie (Pendiri Gontor)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1.2. KH. Ahmad Sahal (Pendiri Gontor)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1.3. KH. Imam Zarkasyi (Pendiri Gontor)
1.1.2. Ki Ageng Saba1.1.2.1. Nyai Sabinah # Ki Ageng Pemanahan
1.1.2.1.1. Panembahan Senapati
1.1.2.1.1.1. Panembahan Hanyakrawati
1.1.2.1.1.1.1. Sultan Agung
1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat I
1.1.2.1.1.1.1.1.1. Sunan Pakubuwono I
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat IV
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono I (Kraton Jogja)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono II
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono III
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Diponegoro
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2. Sultan Hamengkubuwono IV
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Hamengkubuwono VI
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. Sultan Hamengkubuwono VII
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono VIII
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono IX
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono X
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2. KGPAA Paku Alam I (Kraton Paku Alaman)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. KGPAA Paku Alam II
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. KGPAA Paku Alam III
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Pangeran Soerjaningrat
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Ki Hadjar Dewantoro (Pendiri Taman Siswa)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.2. Pangeran Hario Mangkunegoro
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.2.1. KGPAA Mangkunegara I (Keraton Mangkunegara)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.3. Sunan Pakubuwono II (Keraton Surakarta)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.3.1. Sunan Pakubuwono III
1.1.2.1.1.1.1.1.2. Nyai Panembahan Girilaya # Panembahan Girilaya Cirebon
1.1.2.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Sepuh I (Kraton Kasepuhan Cirebon)
1.1.2.1.1.1.1.1.2.2. Sultan Anom I (Kraton Kanoman Cirebon)
1.1.2.1.1.1.1.1.2.3. Panembahan Tohpati
1.2. Panembahan Kulon (Sunan Kulon)
1.2.1. Nyai Gede Kedaton
1.2.1.1. Sunan Cendana
1.2.1.1.1. Nyai Komala
1.2.1.1.1.1. Nyai Tepi Sulasi
1.2.1.1.1.1.1. Kyai Abdul Azhim
1.2.1.1.1.1.1.1. Kyai Muharram
1.2.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Abdul Karim
1.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Hamim
1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Abdul Lathif
1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Kholil Bangkalan
(Sumber :djogdjaku, bataviase.co.id dan Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara).
Dakwah Sunan Giri
Pada sekitar tahun 1487 Masehi, Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren di perbukitan desa Sidomukti, Kebomas.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Konon Raja Majapahit dikarenakan khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan, memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan.
Pesantren Sunan Giri, kemudian berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, beliau juga disebut sebagai Prabu Satmata.
Setelah diadakan kompromi, peresmian akhirnya diawali dengan Shalat Jum’at, kemudian diteruskan dengan pertunjukan Wayang. Dimana Wayang yang ditampilkan, sudah terlebih dahulu dirubah bentuknya, sehingga lebih mirip karikatur daripada berbentuk manusia.
Sunan Kalijaga memberi tanda khusus pada momentum penting itu. Sunan Kalijaga, memberi nama pemimpin para dewa pewayangan sebagai Sang Hyang Girinata, yang sebenarnya bermakna “Sunan Giri yang menata”.
Riwayat dan Keturunan Sunan Giri
Sunan Giri merupakan nama salah seorang Wali Songo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Beliau dilahirkan di Blambangan (Sekarang Banyuwangi) pada tahun 1442 Masehi, yang bertepatan dengan tahun 1365 Saka.
Beliau adalah anak dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Raja Menak Sembuyu (Penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit).
Adapun Nasab Sunan Giri, sebagai berikut :Sunan Giri disebutkan memiliki dua orang istri, yaitu Dewi Murtasiah binti Sunan Ampel dan Dewi Wardah binti Ki Ageng Bungkul.
Sunan Giri bin Maulana Ishaq bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Maulana Husin Jumadil Kubro bin Ahmad Syah Jalaluddin bin ’Abdullah Azmatkhan bin Abdul Malik Azmat Khan bin ‘Alwi ‘Ammil Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath bin ‘Ali Khali Qasam bin ‘Alwi Shohib Baiti Jubair bin Muhammad Maula Ash-Shaouma’ah bin ‘Alwi al-Mubtakir bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin ‘Isa An-Naqib bin Muhammad An-Naqib bin ‘Ali Al-’Uraidhi bin Imam Ja’far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
Melalui istrinya Dewi Murtasiyah, Sunan Giri memiliki delapan anak, yaitu :Berdasarkan beberapa sumber catatan Genealogy, Sunan Giri merupakan salah satu Leluhur Pendiri Kerajaan di Kesultanan Palembang, Kesepuhan Cirebon, Kanoman Cirebon, Keraton Jogja, Keraton Surakarta, Mangkunegara dan Paku Alaman, sebagaimana bisa terlihat pada Silsilah berikut :
1. Ratu Gede Kukusan
2. Sunan Dalem.
3. Sunan Tegalwangi.
4. Nyai Ageng Seluluhur
5. Sunan Kidul
6. Ratu Gede Saworasa
7. Sunan Kulon (Panembahan Kulon)
8. Sunan Waruju
Sementara dari Dewi Wardah, beliau memiliki dua anak bernama : Pangeran Pasirbata dan Siti Rohbayat.
1. Sunan Giri
1.1. Sunan Dalem Wetan / Zainal Abidin
1.1.1. Sunan Sedo Ing Margi / Pangeran Wiro Kesumo Cirebon
1.1.1.1. Pangeran Adipati Sumedang
1.1.1.1.1. Tumenggung Manco Negoro # Nyai Gede Pembayun
1.1.1.1.1.1. Pangeran Sedo Ing Pasarean
1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Mangkurat Sedo Ing Rejek
1.1.1.1.1.1.2. Sultan Abdurrahman (Kesultanan Palembang)
1.1.1.2. Sunan Prapen (Maulana Muhammad)
1.1.1.2.1. (?)
1.1.1.2.1.1. (?)
1.1.1.2.1.1.1. Ki Ageng Gribig (Maulana Sulaiman)
1.1.1.2.1.1.1.1. Demang Jurang Juru Sapisan
1.1.1.2.1.1.1.1.1. Demang Jurang Juru Kapindo
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1. Kyai Ilyas
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Murtadha
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Muhammad Sulaiman
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Abu Bakar
1.1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah)
1.1.1.2.2. Sunan Kawis Guwo
1.1.1.2.2.1. Panembahan Giri
1.1.1.2.2.1.1. Nyai Anom Besari # Kyai Anom Besari
1.1.1.2.2.1.1.1. Ki Ageng Muhammad Besari
1.1.1.2.2.1.1.1.1. Nyai Ageng Basyariyah # Ki Ageng Basyariah / Raden Mas Bagus Harun
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1. Nyai Muhammad Santri # Kyai Muhammad Santri
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1. Kyai Mas Buntoro
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Ilyas
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Nyai Nafiqoh # Kyai Yakub
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Nyai Hasyim Asy’ari # KH. Hasyim Asy’ari
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. KH. Wahid Hasyim
1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur)
1.1.1.2.2.1.1.1.2. Kyai Muhammad Ilyas
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1. Kanjeng Kyai Kasan Besori (Raden Hasan Bashori)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.1. RMA. Tjokronegoro
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.1.1. RM. Tjokroaminoto (Cokroaminoto)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.1.1.1. Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2. Kyai Hasan Anom
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1. Kyai Khalifah
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1. Nyai Sulaiman # R.M. Sulaiman Djamaluddin (Cirebon)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1. Kyai Archam Anom Besari
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1. Kyai R. Santosa Anom Besari
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1.1. KH. Zainuddin Fananie (Pendiri Gontor)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1.2. KH. Ahmad Sahal (Pendiri Gontor)
1.1.1.2.2.1.1.1.2.1.2.1.1.1.1.3. KH. Imam Zarkasyi (Pendiri Gontor)
1.1.2. Ki Ageng Saba1.1.2.1. Nyai Sabinah # Ki Ageng Pemanahan
1.1.2.1.1. Panembahan Senapati
1.1.2.1.1.1. Panembahan Hanyakrawati
1.1.2.1.1.1.1. Sultan Agung
1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat I
1.1.2.1.1.1.1.1.1. Sunan Pakubuwono I
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat IV
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono I (Kraton Jogja)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono II
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono III
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Diponegoro
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2. Sultan Hamengkubuwono IV
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Hamengkubuwono VI
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. Sultan Hamengkubuwono VII
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono VIII
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono IX
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono X
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2. KGPAA Paku Alam I (Kraton Paku Alaman)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. KGPAA Paku Alam II
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. KGPAA Paku Alam III
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Pangeran Soerjaningrat
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Ki Hadjar Dewantoro (Pendiri Taman Siswa)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.2. Pangeran Hario Mangkunegoro
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.2.1. KGPAA Mangkunegara I (Keraton Mangkunegara)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.3. Sunan Pakubuwono II (Keraton Surakarta)
1.1.2.1.1.1.1.1.1.1.3.1. Sunan Pakubuwono III
1.1.2.1.1.1.1.1.2. Nyai Panembahan Girilaya # Panembahan Girilaya Cirebon
1.1.2.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Sepuh I (Kraton Kasepuhan Cirebon)
1.1.2.1.1.1.1.1.2.2. Sultan Anom I (Kraton Kanoman Cirebon)
1.1.2.1.1.1.1.1.2.3. Panembahan Tohpati
1.2. Panembahan Kulon (Sunan Kulon)
1.2.1. Nyai Gede Kedaton
1.2.1.1. Sunan Cendana
1.2.1.1.1. Nyai Komala
1.2.1.1.1.1. Nyai Tepi Sulasi
1.2.1.1.1.1.1. Kyai Abdul Azhim
1.2.1.1.1.1.1.1. Kyai Muharram
1.2.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Abdul Karim
1.2.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Hamim
1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Abdul Lathif
1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Kyai Kholil Bangkalan
(Sumber :djogdjaku, bataviase.co.id dan Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara).
Dakwah Sunan Giri
Pada sekitar tahun 1487 Masehi, Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren di perbukitan desa Sidomukti, Kebomas.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Konon Raja Majapahit dikarenakan khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan, memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan.
Pesantren Sunan Giri, kemudian berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, beliau juga disebut sebagai Prabu Satmata.
Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.Dalam keagamaan, Sunan Giri dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fiqih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pencipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung, yang bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18. Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau di Nusantara.
Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Beliau juga mengirimkan beberapa utusan dakwah, yang terdiri dari Pelajar, Saudagar, Nelayan, menuju pulau Madura, Bawean dan Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Haruku di kepulauan Maluku (Sumber : noenk CAHAYA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar