Rabu, 10 Agustus 2011

KH. ABDUL HAMID PASURUAN



Kyai Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar Basyaiban BaAlawi dilahirkan di Lasem, Rembang, Jawa Tengah tahun 1333.H, dilahirkan dengan nama kecil “Abdul Mu`thi”. sejak kecil beliau dibimbing oleh Ayahanda beliau, setiap hari beliau mengaji di mushola yang terletak persis di samping rumah beliau.

Naik Haji
Suatu ketika KH.Siddiq singgah di Lasem dan langsung mengajak Kyai Hamid menunaikan ibadah haji dan ziarah ke makam Rasululloh SAW. Sepulang dari Makkah pada usia 15 tahun beliau dipondokan ke pondok pesantren Tremas, pacitan.

Mondok di Tremas
Pada periode Tremas inilah potensi spiritual kyai Hamid mulai terasa. kecemerlangan spiritualnya membuat kagum banyak pihak, hingga tidak sedikit kawan beliau menjadkan kyai Hamid sebagai guru, dan mengikuti jejak beliau ke Pasuruan.

Menikah di Pasuruan
kyai Hamid dinikahkan degan putri Kyai Ahmad Qusairy kebonsari pasuruan. dan sejak itu beliau tinggal dan menetap di Pasuruan. kehidupan Kyai Hamid teramat sederhana, beliau bekerja sebagai guru ngaji dan juga sebagai belantik. pekerjaan belantik itu di daerah bangil dengan jarak kurang lebih 15 km sebelah Barat Pasuruan. setiap hari beliau ke sana dnegan menggunakan sepeda, beliau menjalani itu semua dengan tabah. sampai sampai beliau hanya mempunyai satu sarung yang sudah menerawang sangking tuanya sehingga setiap sholat beliau menutupinya dengan sorban.

Berguru pada Habib Ja`far
Periode pasuruan adalah periode emas dari perjalanan spiritual beliau. disinilah beliau mulai dan mungkin mengasah diri dengan pancaran ruhhul ilahiyah yang begitu cemerlang. di Pasuruan ini pula beliau semakin mendekatkan diri pada kalangan ulama dan habaib kususnya dengan Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf pasuruan yang merupakan guru utama beliau. bersama habib ja`far inilah potensi spiritual beliau semakin terasa, hal ini diakui oleh habib ja`far bahwa dibanding murid yang lain, kyai hamid memiliki keunggulan tersendiri yang sangat sulit dicapai oleh orang lain. kekaguman dan kepercayaan habib ja`far diwujudkan dengan dipercayakanya Kyai Hamid untuk menjadi imam sholat Maghrib dan isya` di kediaman habib ja`far, meski demikian kyai hamid tetap tidak mengurangi takzim beliau kepada sang guru, begitu merendahnya kyai hamid dihadapan habib ja`far ibarat penda ditangan pemiliknya, Pena tidak akan bergerak jika tidak digerakan pemiliknya, demikian juga kyai hamid keberadaanya seakan hilang dan menyatu dengan habib ja`far. keunggulan kyai hamid di bidang keilmuan mungkin dapat diungguli oleh orang lain, namun dua hal menjadi kelebihan tesendiri bagi kyai hamid adalah sifat zuhud dan tawadhu yang jarang dimiliki oleh orang lain. bahkan ketika habib ja`far wafat ketika ziaroh ke makam habib ja`far kyai hamid sangking takzimnya dan tawadu nya tidak berani duduk lurus pada posisi kepala tapi selalu duduk pada posisi kaki habib ja`far. inilah sifat tawaddhu beliau yang sangat tinggi.

Isyarat Kewalian
tidak lama setelah wafatnya habib ja`far semakin tampak pancaran kemuliaan kyai hamid. nampaknya beliau mewarisi asror habib ja`far sebagai waliyulloh, hal ini ada yang melihat pulung atau ndaru yang cemlorot di malam hari berpindah dari rumah habib ja`far ke daerah pondok pesantren salafiyah tempat kyai hamid tinggal.

Beberapa Karomah Kyai Hamid
suatu ketika ada seseorang meminta nomertogel apda kyai hamid. oleh kyai hamid diberi dengan syarat jika dapat uangnya harus dibawa kehadapan kyai hamid. dan oleh orang tersebut dipasanglah nomer tersebut dan menang. uangnya dibawa kehadapan kyai hamid. oleh kyai uang tersebut dimasukan ke dalam bejana dan disuruh melihat apa isinya. dan terlihat isinya darah dan belatung. kyai hamid berkata ”tegakah saudara memberi makan anak istri saudara dengan darah dan belatung?”. orang tersebut menangis dan pulang kemudian bertobat.

setiap pergi ke manapun kyai hamid selalu didatangi oleh umat, yang berduyun duyun meminta doa padanya. bahkan ketika naik haji ke mekkah pun banyak orang tak dikenal dari berbagai bangsa yang datang dan berebut mencium tangannya. darimana orang tau tentang derajat kyai Hamid? mengapa orang selalu datang memuliakanya? konon inilah keistimewaan beliau, beliau derajatnya ditinggikan oleh Allah SWT.

pada suatu saat orde baru ingin mengajak kyai hamid masuk partai pemerintah. kyai hamid menyambut ajakan itu dengan ramah dan menjamu tamunya dari kalangan birokrat itu. ketika surat persetujuan masuk partai pemerintah itu disodorkan bersama pulpennya, kyai hamid menerimanya dan menandatanganinya. anehnya pulpennya tak bisa keluar tinta, diganti polpen lain tetap tak mau keluar tinta. ahirnya kyai hamid berkata “bukan saya lo yang gak mau, bolpointnya yang gak mau”. itulah kyai hamid dia menolak dengan cara yang halus dan tetap menghormati siapa saja yang bertamu kerumahnya.

Akhir Hayat
8 rabiul awal 1403.H, sehari sebelum beliau wafat, bertepatan dengan acara haul Ayahanda beliau kyai abdulloh bin umar, beliau menyempatkan diri ke lasem dan datang ke rumah gede, tempat dimana beliau dilahirkan. tidak seperti biasanya beliau sholat 2 rakaat didekat tiang utama lalu memimpin masyarakat sekitar yang datang untuk bertahlil seperti mengantar jenazah ke kuburan. tanggal 9 rabiul awal 1403,H. beliau berpulang ke rahmatulloh, umatpun menangis, gerak kehidupan di pasuruan seakan terhenti, bisu oleh luka yang dalam, puluhan bahkan ratusan ribu orang membanjiri pasuruan, memenuhi relung relung masjid agung al anwar dan Alun alun serta memadati gang gang dan ruas jalan didepannya. beliau dimakamkan di turba belakang masjid agung al anwar pasuruan. ribuan umat selalu menziarahinya setiap waktu mengenang jasa dan cinta beliau kepada umat.

Ijazah-Ijazah
Seperti kebanyakan para kiai, Kiai Hamid banyak memberi ijazah (wirid) kepada siapa saja. Biasanya ijazah diberikan secaara langsung tapi juga pernah memberi ijazah melalui orang lain. Diantara ijazah beliau adalah:
1. Membaca Surat Al-Fatihah 100 kali tiap hari. Menurutnya, orang yang membaca ini bakal mendapatkan keajaiban-keajaiban yang tak terduga. Bacaan ini bisa dicicil setelah sholat Shubuh 30 kali, selepas shalat Dhuhur 25 kali, setelah Ashar 20 kali, setelah Maghrib 15 kali dan setelah Isya’ 10 kali.
2. Membaca Hasbunallah wa ni’mal wakil sebanyak 450 kali sehari semalam.
3. Membaca sholawat 1000 kali. Tetapi yang sering diamalkan Kiai Hamid adalah shalawat Nariyah dan Munjiyat.
4. Membaca kitab Dala’ilul Khairat. Kitab ini berisi kumpulan shalawat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar