A.Mukaddimah
Akal adalah salah satu karunia Allah SWT yang sangat berharga yang diberikan kepada manusia. Potensi yang dimiliki akal itu mengantarkan manusia menjadi makhluk yang cerdas, dapat mengetahui segala macam persoalan, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk Allah SWT yang lain.
Namun potensi akal tersebut itu tidak serta merta menjadikan manusia cerdas dan memiliki pengetahuan. Tetap harus ada usaha untuk mencapai kecerdasan tersebut, memberdayakan akal disamping mengasahnya dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Tanpa itu, maka potensi yang dimiliki tersebut menjadi sia-sia bahkan akan menjatuhkan manusia ke dalam posisi yang sangat rendah.
Dalam hal mengasah kecerdasan ini, kita bisa belajar dari ulama salaf. Sejarah telah mencatat bahwa generasi Islam terdahulu telah banyak melahirkan manusia-manusia istimewa dengan kecerdasan dan pengetahuan yang luar biasa. Ulama-ulama salaf panutan kita semua adalah orang-orang yang dikaruniai oleh Allah SWT kecerdasan di atas rata-rata sehingga mereka mampu untuk membuat karya-karya yang spektakuler, yang dijadikan rujukan dari satu generasi ke generasi yang lain sampai saat ini.
Untuk sedikit mengetahui sejauh mana kecerdasan dan kemampuan ulama salaf di dalam menyerap berbagai ilmu yang mereka pelajari, simaklah fragmen di bawah ini:
Di antara ulama salaf yang terkenal kecerdasannya ialah Muhammad bin Idris al-Syafi’i (150-204 H/ 767-820 M), yang lebih dikenal dengan Imam Syafi’i. Ia adalah salah seorang tokoh ulama’ salaf yang mempunyai otak cemerlang. Kala itu Muhammad bin Idris berumur 7 tahun sudah mampu menghafal keseluruhan isi al-Qur’an tanpa sedikitpun ada kesalahan (Al-Imam al-Syafi’i, hal. 32). Muhammad bin Idris melanjutkan mencari ilmu di Madinah kepada Imam Malik bin Anas pada umur 13 tahun. Pada saat menghadap Imam Malik bin Anas sembari bersimpuh dan menundukkan kepala sebagai simbol kesantunannya. Muhammad bin Idris menyampaikan maksud dan tujuannya datang kepada beliau sembari berkata, “Kami datang dari Makkah menghadap tuan guru bermaksud untuk menimba ilmu”. Jawab Imam Malik, “Dengan senang hati, aku menerima kehadiranmu, mungkin engkau perlu mencari teman untuk mencatat dan membacakan kitab Muwattha’ karanganku.” Lalu Muhammad bin Idris menjawab, “Maaf, Tuan Guru. Kami sudah hafal kitab karangan Tuan Guru tersebut.” Imam Malik menimpali, “Jika begitu, coba engkau baca!” Maka Muhammad bin Idris membaca kitab Muwattha’ (kitab yang memuat 3676 Hadits dengan sanadnya) secara hafalan di luar kepala. Setelah jelas bagi Imam Malik bukti hafalnya Muhammad bin Idris akan kitab Muwattha’ secara utuh, Imam Malik melanjutkan menguji Muhammad bin Idris dengan mencecar berbagai pertanyaan hukum yang pelik, beberapa pertanyaan yang diajukan kepada Muhammad bin Idris semuanya dijawab dengan tepat dan benar. Imam Malik berdecak kagum sambil berkomentar “Luar biasa, sebenarnya engkau sudah layak menjadi seorang Qadhi (pakar hukum)”. Padahal kala itu Muhammad bin Idris masih berumur 13 tahun. (Manaqib al-Syafi’i, juz. 1, hal. 100 dan 101).
Dan masih banyak lagi tokoh ulama salaf yang memiliki kecerdasan serta penguasaan ilmu luar biasa, bahkan multi disiplin ilmu. Di antara mereka selain ahli agama juga ahli matematika, filsafat, kimia, kedokteran dan semacamnya. Mereka inilah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan yang sukses dalam belajar.
B.Ikhtiar Menambah Kecerdasan Anak
Kecerdasan yang dimiliki ulama salaf bukan sesuatu yang didapat secara instan. Tetapi dengan usaha yang sungguh-sungguh, baik lahir ataupun batin.
1. Ikhtiar Lahiriyah
Di antara usaha lahiriyah yang mereka lakukan adalah:
a). Menjaga Kesehatan
Di dalam proses pembelajaran diperlukan kesehatan jasmani bagi seorang pembelajar karena fisik yang terganggu kesehatannya akan mengurangi kecerdasan seseorang. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk melestarikan kesehatan. Selain dengan mengatur pola makan, diperlukan olah raga agar fisik tetap dalam kondisi fit. Menurut Dr Nahrawi Abdussalam, Imam Syafi’i telah memberikan teladan kepada kita untuk senantiasa berolah raga guna menjaga kesehatan. (Al-Imam al-Syafi’i, hal. 35).
b).Mengatur Pola Makan dan Tidur
Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari menyatakan: “Bagi pembelajar dianjurkan mengatur pola makan dan minum, karena kenyang itu menjadikan malas untuk beribadah dan menambah berat badan. Di antara manfaat mengatur pola makan ialah kesehatan fisik dan mencegah dari berbagai macam penyakit”.
Yang dimaksud mengatur pola makan adalah makan secukupnya saja sekadar memenuhi kebutuhan asupan gizi dalam tubuh, dan yang dianjurkan ialah menghindari makan sampai terlalu kenyang. Wujudnya yang paling praktis adalah dalam bentuk puasa sunnah. Jadi, seorang pembelajar sangat dianjurkan rajin berpuasa, karena puasa itu menyehatkan.
Barang tentu anjuran untuk mengurangi makan dan tidur tidak ditujukan kepada anak yang lazimnya belum mampu melakukannya seperti anak yang masih dalam usia balita.
c). Mengkonsumsi Makanan yang Menguatkan Fungsi Otak.
Para ulama menganjurkan untuk mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang menguatkan fungsi otak agar mudah menerima pelajaran dengan baik. Makanan tersebut adalah zabib, madu, dan lubban.
Kata Imam al-Zuhri (51-123 H), “Barangsiapa yang ingin mudah di dalam menghafal Hadits maka hendaklah sering makan zabib (kismis) 21 biji setiap pagi” (Al-Adab al-Syar’iyyah, juz. III, hal. 20).
Diriwayatkan bahwa Imam al-Zuhri suka minum madu dan berkata bahwa, “Madu itu mencerdaskan.” (Al-Adab al-Syar’iyyah, juz. III, hal. 22).
Kata Saiyidina Ali Karromallahu Wajhah, “Biasakan engkau makan lubban (sejenis getah) karena ia menguatkan jantung dan menghilangkan sifat pelupa.”
d). Memaksimalkan Semua Potensi Otak
Jika kita mempelajari karya ulama terdahulu, dalam berbagai macam disiplin ilmu yang mereka kembangkan, akan ditemukan dua bentuk penyajian, yakni dalam bentuk narasi dan gubahan syair (puisi). Pada pembahasan ilmu tauhid, fiqh, dan sebagainya dapat kita temukan dua bentuk penyajian ini. Bahkan disiplin ilmu yang rumit pun semisal nahwu, sorof, balaghah, mantiq dan lainnya, mereka gubah dalam bentuk syair (puisi) sehingga dapat menumbuhkan semangat, kebersamaan, dan terutama adalah suasana gembira dalam belajar, karena bisa dilantunkan dengan aneka lagu dan irama yang digemari pembelajar.
Dalam teori pendidikan terbaru mengatakan, otak akan bekerja optimal apabila kedua belahan otak ini dipergunakan secara bersama-sama. Otak kanan yang memiliki spesifikasi berpikir dan mengolah data seputar perasaan emosi, perasaan seni dan musik. Sementara otak kiri berfungsi mengelola data seputar sains, bisnis dan pendidikan. Para ulama terdahulu telah mampu mengkolaborasi antara materi ilmu pengetahuan dengan seni dalam waktu yang bersamaan.
2. Ikhtiar Batin
Seorang muslim tentu tidak hanya mengandalkan usaha lahiriyah semata, tetapi ikhtiar batin selalu dilaksanakan sebagai perwujudan keimanannya kepada Allah SWT. Inilah yang dilakukan oleh ulama salaf, sebagai rahasia sukses mereka membentuk individu yang memiliki kecerdasan luar biasa.
a). Banyak beribadah dan menghindari maksiat
Ibadah kepada Allah SWT tidak hanya sebagai sebuah kewajiban, tetapi sudah menjadi kebutuhan manusia, untuk kebaikan hidupnya di dunia dan akhirat. Di antara manfaat ibadah itu adalah sebagai nutrisi otak secara spiritual serta membersihkan hati dan pikiran. Jika pikiran sudah bersih maka ilmu akan dengan mudah terekam dalam memori otak kita.
Sementara al-Zarnuji seorang ahli ilmu pendidikan yang menjadi panutan kalangan pesantren memberi petunjuk dalam usaha meningkatkan kecerdasan seperti di bawah ini.
“Mengatur pola makan, shalat malam serta membaca Al-Qur’an menjadi sebab cepat hafal pelajaran” (Ta’lim al-Muta’allim, hal 41)
b). Berdo’a
Nabi SAW menyebutkan bahwa do’a adalah senjata orang yang beriman. Ini artinya, dalam setiap usahanya seorang mukmin tidak cukup hanya melakukan ikhtiar lahiriyah saja, tetapi juga harus berdo’a. Termasuk juga ikhtiar agar diberikan kecerdasan dan dibukakan fikiran. Setiap saat dan setiap waktu meminta kepada Allah SWT dimudahkan dalam belajar. Khususnya berdo’a pada malam hari setelah melaksanakan shalat tahajud.
Telah banyak do’a-do’a yang diajarkan ulama salaf. Di antaranya adalah:
Saiyid Hasan bin Shalih al-Bahar berkata, “Untuk kecerdasan dan kekuatan ingatan bacalah doa berikut ini:
“Ya Allah aku memohon kepada-Mu kecerdasan sebagaimana kecerdasan para Nabi, kekuatan hafalan sebagaimana hafalan para Rasul, dan mendapatkan ilham sebagaimana malaikat muqarrabin. Ya Allah, kayakanlah aku dengan ilmu, hiasilah diriku dengan sikap santun, muliakanlah aku dengan takwa dan elokkanlah hidupku dengan kesehatan lahir dan batin, Ya tuhan yang Maha Pengasih.” (Al-Manhaj al-Sawiy, hal. 233). Dibaca 3 kali setiap setelah shalat.
Syaikhona Cholil Bangkalan memberikan ijazah do’a yang harus dibaca oleh orang tua untuk anak-anaknya:
“Ya Allah, jadikanlah anak-anakku termasuk orang yang berilmu dan orang yang baik dan janganlah Engkau jadikan aku dan mereka termasuk orang-orang yang sengsara”. Dibaca 3 kali setiap setelah sholat.
Kecintaan orang tua kepada alim-ulama juga merupakan do’a. Di dalamnya terkandung harapan agar anak-anaknya kelak bisa men-jadi seperti ulama tersebut. (Mutiara Nasehat, KH. Abdullah Faqih, hal. 64-65).
C. Penutup
Setelah semua ikhtiar ini dilaksanakan, semua keputusan akhir kembali kepada Allah SWT. Manusia hanya berusaha, Allah SWT yang menentukan. Namun Allah SWT pasti akan melihat dan mempertimbangkan ikhtiar dan kesungguhan hamba-Nya. Ini adalah janji Allah SWT kepada hamba-Nya yang mau berusaha. Wallahu a’lam.q
*) Rais Syuriah PCNU Jember dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) Antirogo Jember
Sumber: http://mediaaula.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar