Proses naturalisasi keenam pemain ini tinggal selangkah lagi. Menurut Mantan Deputi Bidang Teknik Badan Tim Nasional PSSI, Iman Arif, proses naturalisasi keenam pemain impor tersebut sudah disetujui oleh Komisi III dan VIII DPR RI.
Selanjutnya, keenam pemain tersebut akan dibawa ke Departemen Hukum dan HAM untuk disumpah seperti pemain naturalisasi lainnya. Setelah dinyatakan resmi sebagai Warga Negara Indonesia, keenam pemain tersebut berpeluang memperkuat timnas proyeksi Pra Piala Dunia (PPD) 2014 maupun timnas U-23.
Berikut profil singkat keenam calon pemain naturalisasi tersebut.
Stefano Lilipaly
Lilipaly adalah pemain kelahiran Arnhem, Belanda, 10 Januari 1990. Darah Indonesia pada pemain FC Utercht ini mengalir dari ayahnya yang merupakan keturunan Ambon, Maluku. Sedangkan ibunya adalah asli Belanda. Lilipaly telah bergabung dengan pemusatan latihan timnas U-23 saat masih ditangani oleh Alfred Riedl, Maret 2011 lalu.
Awalnya, Lilipaly enggan melepas paspor Belandanya. Namun belakangan pemain yang berposisi sebagai gelandang serang itu berubah pikiran dan bersedia menjadi WNI.
Stefano Lilipaly mulai bermain bola sejak usia 7 tahun di sebuah klub amatir bernama DCG selama tiga tahun. Dari klub tersebut, dia pindah ke akademi sepakbola Belanda, AZ Alkmaar. Setelah bertahan satu tahun, Lilipaly bergabung ke Utrecht Yunior hingga saat ini.
Sebagai gelandang, Lilipaly tak hanya memiliki naluri menyerang. Pemain berpostur tubuh 170 cm itu juga punya kemampuan dalam membagi bola dengan baik. Lilipaly juga dikenal memiliki tendangan jarak jauh yang akurat. Musim kompetisi 2010-2011 ini, Lilipaly tampil dalam tiga pertandingan. Setiap pertandingan, dia berhasil mencetak gol dari luar kotak pinalti.
Jhon van Beukering
Beukering adalah pemain kelahiran Velp, Belanda, 29 September 1983. Pemain ini dikabarkan telah mengikat kontrak selama tiga tahun dengan Pelita Jaya.
Beukering mengawali karirnya di dunia sepak bola dengan membela Vitesse 2000-2004. Di musim pertamanya, pemain yang berposisi sebagai striker itu mencetak 2 gol dari tiga kali penampilannya. Di musim berikutnya Beukering mendapat tempat di tim inti namun hanya mampu mencetak tiga gol saja.
Lama tak bermain di musim 2002/2003, Vitesse akhirnya meminjamkan Beukering ke FC Zwolle sebelum akhirnya memperkuat tim senior De Graafschap 2004-2007. Beberapa kali Beukering berpindah klub, mulai dari NEC, Go Ahead Eagles, Feynord, dan CS Vise.
Terakhir, Beukering dikabarkan tengah mengikat kontrak selama tiga tahun dengan Pelita Jaya. Beukering sebenarnya sempat diudang memperkuat Indonesia saat menghadapi Uruguay beberapa waktu lalu. Namun karena belum memegang paspor Indonesia, PSSI akhirnya membatalkan kedatangannya.
Sergio van Dijk
Pemain kelahiran Assen, Belanda, 6 Agustus 1982 ini merupakan calon pemain naturalisasi pertama yang diperkenalkan PSSI.
Sergio-sapaan akrabnya- diperkenalkan kepada media di Indonesia Juli tahun lalu. Kepada wartawan, Sergio yang memiliki garis keturunan Indonesia dari ibunya itu mengaku bersedia memperkuat tim nasional Indonesia.
Namun proses naturalisasi tidak berjalan mulus karena awalnya Sergio tidak bersedia menjadi WNI secara permanen. Lama tak terdengar, Sergio belakangan berubah pikiran dan rela melepas paspor Belandanya.
Sergio merupakan satu dari enam pemain asing yang proses perubahan status kewarganegaraannya telah disetujui komisi III dan VIII DPR RI.
Sergio mengawali karir profesionalnya dengan membela klub Groningen 2000-2002. Selanjutnya, Sergio pindah ke Helmond Sport namun hanya mampu mencetak mencetak 13 gol pada musim 2002-2005.
Setelah sempat memperkuat Emmen (2005/08) Sergio mengadu nasib di Liga Australia dengan memperkuat Brisbane Roar pada 2008-2010. Di musim pertamanya, Sergio tampil sebagai top skorer setelah mencetak 47 gol. Setelah gagal menjalani tes kesehatan di klub asal Inggris, Leicester, Sergio akhirnya bergabung dengan Adelaide United hingga saat ini.
Tonnie Cusell Lilipaly
Nama Tonnie Cussel tak setenar kandidat-kandidat pemain naturalisasi lainnya. Tonnie merupakan saudara sepupu Stefano Lilipaly. Pemain berusia 28 tahun itu datang ke Jakarta menemani Stefano memenuhi panggilan PSSI, Maret lalu.
Tonnie merupakan pemain yang telah malang melintang di sepak bola Belanda. Berbagai klub telah dibela pemain kelahiran 4 Februari 1983 itu, mulai Vitesse Arnhem, RKC Waalwijk, FC Twente, AFC Amsterdam dan terakhir di FC Hilversum. Tonnie dikenal sebagai pemain yang memiliki kecepatan, passing yang matang, dan penguasaan bola yang baik.
Bagi Tonnie, Indonesia bukanlah negara yang asing. Selain mengunjungi Jakarta Maret lalu, pemain yang mengidolakan Gianfranco Zola itu juga sudah pernah ke Bali. Tonnie mengaku sangat menyukai Indonesia. Selain mencoba peruntungannya di tim Merah Putih, ayah satu anak itu bahkan berniat mencari klub di Indonesia.
Victor Igbonefo
Bagi pecinta sepak bola nasional, pemain ini sudah tidak asing lagi. Pemain asal Nigeria itu sudah membela Persipura Jayapura sejak 2005 lalu. Bersama Mutiara Hitam, bek tangguh ini sudah merasakan tiga kali gelar juara. Masing-masing saat Persipura merebut gelar juara Liga Indonesia 2005 dan Liga Super Indonesia (ISL) 2008/09 dan 2010/11.
Semasa mudanya, pemain bernama lengkap Victor Chukwuekezie Igbonefo ini sempat bermain bersama klub Nigerdock Soccer Academy dan First Bank FC Lagos. Dengan postur 186 cm, bek kelahiran 10 Oktober 1985 itu sangat tangguh di lini belakang. Setelah bermain lebih dari lima tahun di Indonesia, Victor pun bersedia untuk dinaturalisasi menjadi WNI.
Greg Nwokolo
Greg juga sudah memperkuat berbagai klub di Indonesia. Pemain kelahiran Nigeria, 3 Januari 1986 ini awalnya bermain untuk klub asal Singapura, Tampines Rovers FC 2004. Setelah semusim, Greg kemudian pindah ke Young Lions.
Perjalanan karir Greg di Indonesia sempat mengalami pasang surut. Putra kelima pasangan Gregory Nwokolo dan Josephine Nwokolo itu mengawali karirnya di kompetisi nasional bersama Persijatim Solo FC pada 2004.
Setelah kompetisi selesai, Greg sempat hengkang dari Indonesia. Kecewa dengan kondisi kompetisi Indonesia yang buruk, dia memilih bermain di Liga Singapura musim 2004-2006. Di sana dia bergabung bersama Young Lions FC dan Singapore Armed Force.
Setelah iklim Liga Indonesia membaik Greg memutuskan untuk kembali lagi ke Indonesia. PSIS Semarang menjadi pelabuhan pertamanya setelah kembali dari Singapura.
Bersama Mahesa Jenar, Greg tampil luar biasa. Sayangnya, dia tak lama berkostum PSIS. Setelah sempat terlibat keributan dengan rekan setimnya, Greg akhirnya pindah ke PSMS Medan, pada putaran kedua. Di PSMS, Greg tak lagi bersinar.
Musim selanjutnya, Greg pindah ke Persis Solo. Sempat memegang ban kapten, namun di Persis, Greg lagi-lagi tak terkendali. Dia berubah menjadi pemain temperamental di lapangan.Bahkan, dia sempat memukul hakim garis Sunaryanto saat Persis bertanding lawan Persipura Jayapura. Saat itu Persis tumbang 0-1.
Akibat ulahnya ini, Greg harus menerima cap negatif dari Badan Liga Indonesia (BLI). Di awal musim ini, BLI menggolongkan Greg ke dalam pemain yang tidak direkomendasikan untuk direkrut klub.
Greg memutuskan pindah ke Persija pada musim 2008. Bersama Macan Kemayoran, Greg tampil gemilang dan mencetak 16 gol dari 20 laga. Greg sempat bermain di klub Portugal SC Olhanense sebelum kembali ke Persija pada 2010. Bersama Persija, Greg menjadi selalu mendapat tempat di tim inti. Bahkan kini Greg menjelma menjadi motor serangan Macan Kemayoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar