Ketika orang menyebut Papua, yang terbayang dalam benak adalah kehidupan serba primitif, koteka, dan non-Islam. Faktanya Papua kental dengan Islam
Hidayatullah.com--Papua adalah sebuah fenomena. Selain kondisi alamnya yang asli dengan flora dan faunanya yang memikat, juga kandungan kekayaan alamnya melimpah ruah dengan kehidupan sosial masyarakatnya yang dinamis.
Hingga hari ini, Propinsi Papua masih menyimpan sejumlah misteri. Banyak orang mengira Papua primitif atau jauh dari Islam.
Padahal, ini kekeliruan fatal. Sebab, sejarawan Barat maupun Islam menjelaskan, agama yang dibawa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam ini telah hadir di Papua tiga abad lebih dahulu dibandingkan masuknya para misionaris Kristen.
Bila secara resmi Kristen masuk Papua pada tanggal 5 Februari 1855 di pulau Mansinam, Manukwari, maka Islam sudah hadir di Papua pada tahun 1520 sebagai pengaruh dari kekuasaan empat kerajaan terkenal di kawasan Indonesia timur saat itu, yakni Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Nama empat kerajaan ini terdokumentasi dalam penyebutan Pulau Raja Ampat, yang dikenal sampai sekarang.
Uniknya, kedatangan tokoh misionaris bernama CW. Ottow dan GJ.Geissler ke pulau Mansinam justru difasilitasi oleh kerajaan Islam. Kedua misionaris itu diantar langsung oleh tokoh-tokoh Muslim empat kerajaan tersebut. Sayang, maksud baik nan bersahabat ini dibalas dengan pengkhianatan. Sesampai di Papua, tokoh-tokoh Muslim ini justru dibuang ke Maros hingga dibiarkan wafat di sana.
Kini, perkembangan komunitas Muslim di Papua kembali mencengangkan. Bila kurun paruh dasawarsa lalu (1988) jumlah umat Islam berkisar 600 ribu jiwa, kini jumlah sudah menembus angka 900 ribu jiwa. Itu berarti, bila jumlah keseluruhan penduduk Papua 2,3 juta jiwa, maka prosentasi ummat Islam mendekati angka 40 persen. Dan, sisanya (60 persen) merupakan gabungan pemeluk Kristen (Protestan), Katholik, Hindu, Budha, dan Animisme.
Ada pula catatan menggembirakan. Kalau sebelumnya masih ada semacam semacam ketidakrelaan sebagian non-Muslim tentang sejarah kehadiran Islam di sana, maka saat ini telah hadir semacam buku putih yang diterbitkan oleh Pemerintah Papua. Dalam buku tersebut --khususnya pada diktum UU nomor 21 tahun 2001 bab keagamaan-- tercantum bahwa Islam hadir di Papua pada tahun 1518.
Catatan ini tentu saja sangat melegakan kaum Muslimin Papua. Sebab, sebelumnya, buku sejarah Islam Indonesia seolah sengaja menghilangkan keberadaan kaum Muslim di Papua. Dakwah seolah terputus sampai di Makassar, Sulawesi Selatan. Paling banter sampai di Kerajaan Islam Ternate. Papua seolah ''milik orang lain''. [atw/www.hidayatullah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar